Jumat, 18 Mei 2012

Cerita Bersamamu

   Tanggal berapa sekarang?pertanyaan itu yang pertama kali muncul di benakku saat aku bangun tidur pagi ini. Dan pertanyaan ini pula yang buat saya sadar bahwa rumah yang sudah hampir setahun ku tempatin ini nda punya kalender 2012 *nepok jidat. Terlebih hapeku lagi menghilang entah kemana. sepertinya dia pergi untuk mencari jati dirinya hahaaa. Tapi ada titik terang laptopku menunjukkan tanggal 18 Mei 2012?cocok mih ka' itu? Tapi cocok atau tidaknya itu hanya Tuhan, kalian, dan laptopku yang tahu. Jika benar tanggal menurut laptopku berarti tettettetettettettetet *terompet ceritanya dungdungddudungdungdudung *drum ceritanya udah tujuh bulan *lebih sehari kepergian Papaku menuju kearibaan ilahi *tegar. dan hari ini tulisanku all is about Papa. 

    Ini foto lebaran terakhir bareng papa

  

    Foto itu adalah foto lebaran terakhir bareng papa. Nah, yang di tengah itulah Papaku. Namanya Andi Ahmad Faisal Muhammad. Tetapi teman-temannya lebih akrab dengan panggilang Ombeng. Lahir di Makassar, 25 Desember 1958. Anak bungsu dari 8 bersaudara *maaf klau salah. Ada banyak pertanda yang saya rasakan sebelum kepergian papa menuju kearibaan Ilahi tanggal 17 Oktober 2011 lalu. Beberapa pertanda yang saya alami , yaitu :
    
      Pertama, hari itu adalah hari terakhir saya mengikuti kegiatan figur di Jalan Landak Baru. setelah membereskan semua barang-barangku saya bergegas pulang setelah berpamitan dengan abang-abang karena saya tahu papa, mama, adik dan kakak-kakakku datang dari Sidrap. Diperjalanan menuju parkiran motor hapeku berdering. yah, itu telpon dari papa. Dia sudah di Daya mengantarkan iparku pulang kerumahnya. tapi rela menjemputku lagi di rumah demi mengajakku makan di tempat makanan favoritku. Dan betul papa datang memjemputku dengan senyum indahnya. Dan ini hal yang tidak biasa dilakukan papa. papa lebih sering bilang lain kali aja yah kan papa naik (dibaca: ke Makassar) minggu depan lagi. Setelah makan siang di salah satu mall, kami bergegas pulang. karena jarak pandang papa kurang kalau malam. Selama perjalanan air mataku terus menetes. bahkan saya pun tak tahu sebab mengapa saya menangis hari itu. Saya sepertinya tidak ingin melewatkan sedetik waktuku bersama keluargaku tapi besok saya harus kuliah lagi. Setibanya di depan rumah, saya turun dari mobil sambil terus mengusap air mataku yang tak hentinya menetes dengan derasnya. Papa mulai melaju kendaraan dia tersenyum dan aku mencoba tegar dengan melambaikan tanganku. Tak lama hapeku berdering lagi yah itu telpon dari papa. Sepertinya papa melupakan tas barang dan kacamata bacanya. Papa kembali kerumah lagi tapi saya masih saja menangis. Menangis dan terus menangis. saya merasa ada yang hilang setelah papa pergi tadi. Hal yang tidak biasa saya rasakan ketika papa pulang ke Sidrap. Di hari kepergian papa saya baru sadar Hari itu adalah hari terakhir Papa ke Makassar. 

   Kedua, hari Jum'at itu saya memilih pulang kampung ke Sidrap. Entah apa penyebabnya saya hanya ingin pulang. hanya ada itu di benakku. Saya pun pulang kampung hari itu, dan tiba di Sidrap setelah melewati perjalanan yang melelahkan. Selama dua hari itu saya melakukan aktifitasku seperti biasa di kampung halamanku. Namun, selama saya di kampung  halamanku saya terus mengenakan baju hitam. Hal yang tidak biasa saya lakukan ketika saya pulang ke Sidrap. Beberapa hari itu saya terus menganakan baju hitam sampai tiba saatnya saya harus kembali ke Makassar. Uang dua ratus ribu di kasih mama sebelum aku berangkat tapi bertemu papa masih dengan sarung dan baju kaosnya. Beliau bertanya "berapa uang di kasih mama?" Saya menjawab "dua ratus ribu pa" Papa kemudian berteriak memanggil mamaku " Ma, kenapa segitu jie kita kasih anak ta'?" Mama tidak menjawab. Papa kembali padaku dan bilang "Nanti papa ke Makassar lagi baru papa tambah uangnya terus kita pergi belikan kamera". saya mencium tangannya dan terus tersenyum. Najol mih, di janji beli kamera ini kaueee. Benda yang sudah lama ku impikann. Oh, nikon, nikon. Setibaku di Makassar. Saya tak langsung ke rumah. Saya memilih untuk sampai di rumah Tuti saja. iaahh, dia salah satu best friend sekampung dan seperjuanganku yang rela rumahnya di kotor-kotorin *hahaha. Di rumah itu sudah ada Putri dan Tuti yang masih saja memeluk bantal guling mereka masing-masing. Melihat kedatanganku mereka terbangun. Saya becerita mengenai adanya keluargaku yang akan meninggal karena  saya ingin terus mengenakan baju hitam selama beberapa hari ini. Dan ini adalah firasat yang sama ketika nenekku ingin meninggal beberapa tahun lalu. Hal yang tidak biasa saya  rasakan ketika mengenakan baju hitam.

    Tanggal 17 Oktober 2011 pun tiba. Seperti biasanya saya berangkat kuliah jam 8 pagi dan pulang jam 5 sore. Di hari ini saya masih saja mengenakan kemeja hitam bergaris  putih celana hitam dan jilbab hitam. Saya menjalani aktifitasku seperti biasa sebagai mahasiswa baru. Berita meninggalnya mahasiswa baru fakultas MIPA menjadi trending topik di kampus. Hingga beberapa pamflet turut berduka cita yang menempel di papan pengumuman kampus dan dengan tulisan pulpen di bawahnya bertuliskan "Kau Pahlawan kami para Mahasiswa Baru". Ntahlah apa maksud dari semua kata-kata itu. Jam 5 sore saya pulang dari kampus di jemput sama makhluk jelek dan kusayang selalu seperti biasaya. Dia memintaku untuk menemaninya ke MtC membeli sebuah hape. Berhubung saya tidak ada tugas malam ini saya memlih untuk menemaninya. Sesampainya di Mtc hapeku berdering. Yah, ini telpon dari kakak perempuanku. Awalnya dia mencoba tegar tapi aku tahu dia menahan tangisnya 

Kak Ayu : "dimana ko dek?" 

Me : "Mtc, kenapaki?"

Kak Ayu : "pulang ko dek. Ada bapak di rumah sakit fatimah sendiri"

Me : "Iya pale"

Saya langsung menutup telpon dan bergegas meninggalkan Mtc malam itu. Hapeku berdering kembali dan lagi-lagi dari kakakku dia meyuruhku untuk bertemu dengan kakakku terlebih dulu di Sekretnya. Selama perjalanan saya mulai merasa papa sudah pergi. Sebelum sampai di sekret kakakku, saya sudah menerima ucapan berbelangsungkawa dari teman-temanku di Sidrap lewat Blackberry Messenger. Saya berusaha tegar, saya mencoba tak menangis. Hingga akhirnya saya bertemu kakakku dia orang yang tegar dan dia mencoba menahan air matanya berharap saya tak tahu apa yang terjadi malam itu. Dia hanya menyuruhku untuk bergegas ke rumah tanteku di toddopuli. Setibaku disana tidak biasanya saya bertemu Agunk dia memegang tanganku. mungkin dia sudah tahu kejadian yang malam ini menimpaku. Rumah ini hening tanteku sudah berada terbaring di kasurnya. tak mampu berbuat apa-apa mengetahui kepergian adik bungsunya. Sepupuku memelukku erat dia mencoba buatku tegar. Berusaha membuatku sabar akan kejadian yang menimpaku malam itu. Saya dan keluargaku berangkat dari Makassar malam itu juga. Selama di perjalanan, hanya terbayang bagaimana papa?bagaimana keadaan mama?. Foto-foto meninggalnya papaku pun mulai menjadi trending topik di bbm. Sms dan telpon ucapan berbelangsungkawa tak hentinya masuk di hapeku. Termasuk dari Kak Acho, abang ketua KOSMIK dan teman-teman seangkatan di Kosmik. Ntah jam berapa saya tiba di Sidrap malam itu. Rumahku telah ramai, tenda telah terpasang, kusi berjejer rapi.Saya turun dari mobil, dan mencoba melangkahkan kakiku tegar. Di ruang tamu rumahku, ada papa. Papa yang sedang terbaring kaku di bawah selimut itu. Wajahnya masih seperti yang dulu. Ia bagaikan tersenyum pada kami anak-anaknya. Mamaku memelukku erat sambil terus menahan air matanya. Saya memberanikan diri untuk mengusap kepalanya dan mencium keningnya. Badannya telah kaku dan badannya sudah dingin. Hari pun berganti saya dan kakak memandikan papa untuk pertama dan bahkan untuk terakhir kalinya. Papa mulai di kafani. Tapi saya meminta izin untuk tidak dismping papa saat itu. Karena aku sungguh tak tega, tidak kuat melihat peristiwa terakhir itu. 


Papa, Lagi ngapain disana?. Makan yang banyak biar papa nda kurus *hihihihi. Papa, maafin uthe karena uthe sudah jarang ke makamnya papa. Tapi nanti uthe bakalan datang ke makamnya papa. Mau di bawain apa papa?bunga mawar ,ikan bakar atau calon menantu? *hahahaaa bercandaa. Papa baik-baik yah disanaa. Saya akan terus merindumu papa. Peluk dan cium anakmu dari jauh :*..